Rabu, 08 Juli 2009

SITUS KAPAL REMBANG LEBIH TUA DARI BOROBUDUR


Lokasi temuan perahu kuno di desa Punjulharjo yang kemudian dinamakan situs Punjulharjo sejak tanggal 17-25 Juni diteliti oleh tim dari Balai Arkeologi Jogyakarta melibatkan seorang arkeolog dari Perancis. Penilitian difokuskan pada desain dan teknologi yang digunakan untuk membuat perahu, guna menentukan dari mana asal perahu.

Ketua Tim Peneliti Novida Abas ditemui di sela-sela kegiatan menjelaskan perahu situs Punjulharjo termasuk kuno. Dari hasil carbon dating diketahui berasal dari abad ke-7 atau 1.300 tahun yang lalu. “Penelitian lebih fokus seputar desain grafis perahu sedetail-detailnya untuk selanjutnya akan dilakukan rekontruksi bentuk aslinya,”ujar Novida.

Sementara itu arkeolog Perancis Pierre Manguin saat ditemui menjelaskan perahu yang ditemukan identik dengan temuan perahu lain di wilayah Asia timur dan Tenggara sehingga dinamakan Perahu Nusantara. Situs Punjulharjo menurutnya spektakuler karena perahu ditemukan masih cukup utuh sehingga membantu tim peneliti mengungkap daerah asal dan tujuan perahu berlayar. “Seperti yang kami teliti beberapa temuan sebelumnya, biasanya perahu tenggelam dan menyiskan potongan papan saja. Situs Punjilharjo spektakuler karena masih utuh,” ungkapnya.

Novida sendiri menambahkan, tim peneliti yang dipimpinnya hanya melakukan uji konstruksi dan usia perahu. Sedangkan pengangkatan dan rekonstruksi akan dilakukan tim lain yang kompeten di bidangnya.

Kepala Balar Yogyakarta Siswanto saat dihubungi terpisah menjelaskan perahu kuno berusia jauh lebih tua dibandingkan Candi Borobudur yang dibangun pada sekitar abad ke-9 Masehi. Beberapa bulan lalu, sampel kayu perahu yang dikirim ke Amerika untuk diteliti melalui teknologi carbon dating telah keluar. Hasilnya laboratorium menyatakan positif sampel itu berasal dari abad ke 7 Masehi atau sekitar era Mataram Hindu.

Siswanto menambahkan, hasil uji sampel itu juga mengukuhkan perahu itu sebagai situs arkeologi kelautan tertua dan terutuh yang pernah ditemukan di Indonesia. Pasalnya, situs perahu sbelumnya hanya tinggal beberapa papan dan tidak berbentuk perahu utuh seperti di Rembang.

Menurut Siswanto, penelitian hingga tanggal 25 Juni diharapkan bisa merekonstruksi ulang teknik pembuatan perahu yang sambungan antar kayunya hanya direkatkan dengan tali ijuk.

Tidak ada komentar: