Kamis, 22 April 2010

Situs Kapal Punjulharjo, Pemkab Fasilitasi Pembangunan Akses Masuk


Sementara itu terkait keputusan pemerintah pusat yang menetapkan Situs Punjulharjo sebagai lokasi konservasi sejarah, Pemkab Rembang segera akan menfasilitasi seluruh kebutuhan untuk mewujudkan hal tersebut, khususnya akses jalan masuk ke tempat beradanya perahu kuno.

Sekretaris daerah Rembang, Hamzah Fatoni SH MKn saat dikonfirmasi di ruang kerjanya belum lama ini menjelaskan, pihaknya segera memanggil Kepala Desa Punjulharjo, Nur Salim, dimintai keterangan seputar tata letak desa dan bondho deso yang berada mulai dari jalan raya hingga lokasi.

”Ini dilakukan untuk menentukan rencana pembangunan akses masuk ke lokasi situs, terutama dipilih tanah yang bukan milik warga agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari,” jelas Hamzah.

Menurut Sekda Rembang, kemungkinan terbesar akses ke situs akan dipilih lahan di sisi barat langsung menuju lokasi perahu kuno. ”Tanah tersebut merupakan bondho deso yang nantinya diselesaikan melalui proses tukar guling,” paparnya.

Sedangkan untuk lokasi situs yang merupakan tanah milik pribadi kata Sekda Rembang, akan dilakukan pembicaraan dengan pemiliknya. Kelayakan harga tanah akan dilakukan tim pemeriksa indpenden, mengacu pada peraturan kepala BPN Nomor 3 tahun 2007 tentang penentuan pelaksanaan Perpu nomor 30 tahun 2005 tentang penggunaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

”Seluruh mekanisme penentuan harga sepenuhnya menjadi kewenangan lembaga indpenden yang digandeng pemerintah untuk menanganinya karena mereka sekaligus juga merupakan konsultan yang dilibatkan merealisasikan konservasi sejarah Situs Punjulharjo sebagai asset Negara dan Daerah,” tambahnya.

Situs Kapal Punjulharjo, Kapan Direkontruksi?


Sejumlah ahli sejarah dan arkeologi bersama tim Direktorat Peninggalan bawah air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dari Jakarta belum lama ini mengunjungi situs kapal Punjulharjo. Kedatangan tim kali ini mengagas rekonstruksi peninggalan kapal kuno Punjulharjo.

Kasubdit peninggalan bawah air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Gatot Gautama, di sela-sela kegiatan peneletian mengatakan, gagasan untuk merekonstruksi kapal kuno situs Punjulharjo saat ini sedang menguat dan sedang dibahas ulang, termasuk membuat duplikasinya.

“Tim setelah melihat langsung kondisi kapal kuno, selanjutnya akan menentukan langkah- langkah menduplikasikannya. Proses penelitian situs punjulharjo sangat penting karena merupakan penemuan benda cagar budaya terlengkap pertama se-Asia tenggara,” paparnya

Lebih lanjut Gatot Gautama menjelaskan, dari hasil pengamatan kondisi kapal masih utuh meski dperkirakan 1.000 tahun lebih terendam air. Disamping itu kayunya juga kuat hingga sel-selnya relatif utuh walau lama terendam air.

“Hasil kajian tim ahli ini nantinya akan dapat disimpulkan apakah kapal akan direkonstruksi di Punjulharjo atau tempat lain,” tutur Gatot.

Menurut Gatot, pihaknya berencana mengawetkan badan kapal tersebut terlebih dahulu, untuk kemudian dibuat duplikasinya.

“Untuk mencapai tahapan itu perlu dilakukan kajian yang mendalam dengan melibatkan para ahli kapal tradisional lokal,” jelasnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah raga Rembang, Drs Sadono mengatakan, pengembangan situs kapal kuno ini masih memerlukan waktu yang lama, termasuk penataan dan konservasi lahan kawasan situs tersebut.

“Agar situs tak rusak, diperlukan kesadaran masyarakat sekitar, agar ikut merawat dan mempermudah proses penelitian,” kilah Sadono.

Perlu diingat kembali, situs kapal Punjulharjo di kecamatan Rembang ditemukan tanggal 28 Juli 2008 lalu ketika beberapa warga sedang menggali tambak. Dari hasil identifikasi, jenis kapal berasal dari abad ke 8 seusia dengan candi borobudur.

Penemuan tersebut terlengkap di Asia tenggara, kondisi kapal masih utuh dibandingkan temuan serupa di negara lain. Menyertai temuan situs Punjulharjo antara lain juga ditemukan kapak, tulang, tongkat ukir, tutup wakul dari kayu, mangkok pecahan, dan kepala patung berbahan batu.

Senin, 15 Februari 2010

Situs Kapal Punjulharjo, Terlengkap se Asia Tenggara


Seperti yang diketahui, pada tanggal 28 Juli 2008 lalu beberapa warga di desa Punjulharjo kecamatan Rembang ketika membuat tambak, secara tidak sengaja menemukan perahu kuno yang kemudian terkenal dengan Situs Kapal Punjulharjo. Dari hasil identifikasi belakangan, jenis kapal berasal dari abad ke 8 setara dengan pembangunan Candi Borobudur.
Penemuan tersebut terlengkap di Asia Tenggara karena kondisi kapal masih utuh dibanding temuan di sejumlah negara lain. Bersamaan dengan perahu kuno ddalamya ditemukan pula kapak, tulang, tongkat ukir, tutup wakul dari kayu, mangkok pecahan, dan kepala patung batu.

Tunggu Pengungkapan Sejarah Situs Kapal Punjulharjo


Sekretaris Daerah Kabupaten Rembang,H Hamzah Fatoni SH MKn sendirisaat dikonfirmasi perkembangan penelitian Situs Kapal Punjulharjo menjelaskan, penelitian yang dilakukan oleh para peneliti adalah sebagai persiapan rekonstruksi perahu kuno dalam waktu dekat ini. Pemkab Rembang sangat apresiasitif kepada tenaga ahli atau peneliti yang membantu mengungkap berbagai identifikasi situs yang dibutuhkan bagi kepentingan masyarakat, khususnya Rembang dan Indonesia pada umumnya.
Pemkab Rembang berharap pengungkapan fakta sejarah Situs Kapal Punjulharjo yang sekarang terus dilakukan, tidak hanya berhenti pada motif perahu saja melainkan sampai latar belakang keberadannya di kawasan Punjulharjo.
“Pengungkapan latar belakang adanya Situs Kapal Punjulharjo sangat penting untuk diketahui guna mengungkap apakah kapal terdampar atau sengaja merapat.. Atau dimungkinkan Rembang memiliki sebuah tempat yang dituju, seperti pusat pemerintahan- perdagangan atau budaya,”cetus Sekda Rembang.
Banyaknya cerita kesejarahan dilepas pantai Rembang, selain ditemukan kapal perang karam di dasar laut, penemuan Situs Kapal Punjulharjo dan barang bersejarah lainnya menambah keyakinan bahwa di perairan Rembang masih banyak peninggalan lain yang belum diketahui dan diketemukan.

Balai Konservasi Borobudur Teliti Metode Rekonstruksi Situs Kapal Punjulharjo


5 peneliti dari Balai Konservasi Borobudur selama 3 hari/ Sabtu hingga Senin. (15-17/8) melakukan penelitian lokasi temuan perahu kuno yang oleh para arkeolog dinamakan Situs Kapal Punjulharjo. Kali ini penelitian dilakukan sebagai persiapan rekonstruksi perahu kuno yang dalam waktu dekat segara dilaksanakan.
Yustinus Sunarto, salah satu tim peneliti yang memiliki bidang khusus seluk beluk tentang kayu, saat ditemui dilokasi menjelaskan, kegiatan tim antara mengambil sampel seluruh bagian kapal untuk diteliti tingkat kelapukannya. Kemudian diperiksa di laboratorium dan hasilnya dibahas bersama dengan tim arekolog.
Yustinus mengisyaratkan bahan perahu kuno sebagai kayu sakit sehingga diperlukan formula khusus untuk membuatnya kuat ketika nanti diangkat guna keperluan konservasi. ”Ibaratnya kayu perahu ini adalah barang sakit. Sehingga perlu diteliti tingkat kelapuk-annya, dicarikan formula agar mem-buatnya kuat, agar tidak pecah ketika nanti diangkat untuk penelitian lebih lanjut,” terangnya.
Sementara itu memberikan keterangan terpisah, peneliti Iskandar yang sehari-hari bertugas sebagai Kepala Seksi Pelayanan Teknis Balai Konservasi Borobudur menjelaskan, untuk konservasi Situs Kapal Punjulharjo diperlukan instrumen pendukung lain hasil analisis klimatologi. Antara lain arah angin, tingkat kadar garam air, daya serap tanah dan semua hal yang berkaitan lingkungan situs Situs Kapal Punjulharjo. “Semua menjadi catatan penting, karena langkah rekonstruksi selain mengutamakan kondisi perahu juga bergantung pada lingkungan sekitar situs,”ungkapnya.
Sementara Heni Kusumawati selaku ketua tim peneliti saat ditemui menegaskan, upaya rekonstruiksi perahu nantinya melibatkan berbagai ahli disiplin ilmu. Semua membuat analisis untuk dipadukan. Kemudian dirumuskan bersama guna menentukan metode pengangkatan perahu di Situs Kapal Punjulharjo. “Dua opsi yang mungkin dilakukan ke-depan terkait temuan perahu yakni kapal diangkat kemudian dilakukan rekonstruksi menggunakan kayu tambahan sejenis atau diangkat dibiarkan dalam kondisi semula, kemudian dibuat replikanya,” papar Heni.

Situs Kapal Punjulharjo, Karam


Pengunjung yang membludak kini hanya tinggal cerita, pengunjung yang datang sekarang hanya bisa dihitung dengan jari saja. Apalagi keberadaan Kapal yang sempat menggemparkan kota Rembang tak bisa dilihat lagi (untuk sementara), tentunya bukan karena dibawa keluar dari lokasi melainkan kerendam air/ kebanjiran.
Yang tampak sekarang hanyalah atap bangunan dari esbes yang melindungi keberadaan Situs Kapal Punjulharjo dan di sekitar lokasi genangan air merendam hampir separuh bangunan. Sejak bulan Desember 2008 lokasi kapal yang tadinya tambak ikan tersebut penuh dengan air dikarenakan musim penghujan. Diperkirakan bulan April 2009 air yang menggenangi lokasi kapal akan surut/ habis.
Berbagai upaya telah ditempuh oleh Pemkab Rembang tentang keberadaan Situs Kapal Punjulharjo tersebut, upaya Pemkab tak sia-sia sehingga pemerintah berencana akan membangun museum dilokasi kapal sebagai Museum Bahari Nasional.
Merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Rembang memiliki Museum Bahari Nasional tersebut karena kelak akan banyak pengunjung yang datang untuk tujuan wisata maupun penelitian. Sudah barang tentu akan menambah pendapatan daerah serta masyarakat setempat akan memperoleh penghasilan tambahan yakni dengan membuka usaha disekitar lokasi.

Situs Kapal Punjulharjo dan Rejeki Melimpah


Terkait dengan Situs Kapal Punjulharjo, desa Punjulharjo banyak dikunjungi masyarakat dari seluruh pelosok Rembang bahkan dari daerah lain tak mau ketinggalan. Para pengunjung baik jalan kaki maupun kendaraan roda dua juga rombongan yang membawa mobil baik pribadi maupun carteran menuju lokasi Rt.01 Rw. I. Kesemuanya itu hanya ingin menyaksikan adanya penemuan Kapal yang konon memiliki cerita mistik selain nilai sejarah yang tinggi.
Karena pengunjung membludak sudah barang tentu banyak mendatangkan berkah buat masyarakat sekitar. Mulai dari jasa parkir, penjaja makanan dan minuman serta jasa dari pengambilan air yang ada dilokasi kapal dan dianggap bertuah (bagi mereka yang percaya).

Situs Kapal Punjulharjo, Satu-satunya bukti Indonesia Negara Maritim


Penemuan kapal yang diperkirakan peninggalan abad VII-XII SM menurut Mr. Manguin seorang ahli kapal dunia dari Perancis dan abad XIII SM versi Badan Konservasi Borobudur dan Balar merupakan satu-satunya bukti sejarah yang ada bahwa Indonesia adalah Negara Maritim. Dengan keberadaan tersebut sudah pasti Situs Kapal Punjulharjo merupakan aset Nasional bukan hanya Daerah dan merupakan benda cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan.

Tali Ijuk di Situs Kapal Punjulharjo


Menurut Siswanto, penelitian hingga tanggal 25 Juni diharapkan bisa merekonstruksi ulang teknik pembuatan perahu Situs Kapal Punjulharjo yang sambungan antar kayunya hanya direkatkan dengan tali ijuk.

Situs Kapal Punjulharjo Terutuh Yang Pernah Ada


Seperti yang dikatakan oleh Manguin bahwa Situs Kapal Punjulharjo spektakuler, terutuh yang pernah ada. Sepakat dengan Manguin adalah Siswanto, Kepala Balai Yogyakarta.
Siswanto menambahkan, hasil uji sampel itu juga mengukuhkan perahu itu sebagai situs arkeologi kelautan tertua dan terutuh yang pernah ditemukan di Indonesia. Pasalnya, situs perahu sbelumnya hanya tinggal beberapa papan dan tidak berbentuk perahu utuh seperti di Rembang.

Metode Karbon untuk Situs Kapal Punjulharjo


Menurut Gunadi, yang lebih valid lagi untuk keakuratan menentukan usia benda temuan, menggunaka metode karbon (carbon dating) yang dilakukan di laboratorium Badan Tenaga Atom dan Nuklir.
“Kita biasanya lebih yakin menggunakan metode karbon guna mengetahui usia situs yang ditemukan. Sampel temuan Situs Kapal Punjulharjo kita bawa ke laboratorium milik badan tenaga atom dan nuklir untuk diperiksa menggunakan karbon empat belas,”ujarnya.

Klenik Merebak


Sesuatu yang berbau kuno, kerapkali menimbulkan penyakit klenik kumat. Entah siapa yang memulai, pada hari kedua setiap pengunjung diberi kabar oleh para penjaga pintu masuk bahwa Situs Kapal Punjulharjo adalah peninggalan wali yang bisa untuk berobat alias berkhasiat.
Nyatanya, banyak sekali pengunjung yang membawa botol atau jirigen untuk diisi dengan air yang terus merembes di lambung kapal dan sekitarnya. Botol bekas minuman dan plastik milik bakul es pun laku keras untuk diisi dengan air asin nan pahit tersebut.

Minggu, 17 Januari 2010

Penemu perahu kuno situs punjulharjo terima penghargaan

Lima orang penemu perahu benda cagar budaya di desa Punjulharjo kecamatan Rembang yakni Mulyadi, Ahmad Sulkhan, Taefurrohman, Sudirman, Masrikan dan pemilik tanah lokasi itus, Maskuri, rabu (9/12) menerima tali asih uang sebesar Rp 16 juta dari Departeman Kebudayaan dan Pariwisata melalui Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa tengah, di Sasana Budaya, komplek rumah dinas Bupati Rembang.

Secara simbolis tali asih disampaikan perwakilan dari BP3, Hutomo kepada Kepala Dinas Kebudayan, Pariwisata, Pemuda dan Olah raga (Disbudpora) Rembang Sadono, mewakili Bupati diteruskan kepada Kepala Desa Punjulharjo, Nur Salim.

Hutomo dalam kesempatan tersebut menyampaikan, sesuai Undang Undang nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya, bahwa penemu kapal akan mendapat imbalan jasa sesuai dengan nilai benda tersebut.

Sementara itu Sadono, atas nama pemkab Rembang menyampikan apresiasi dan terimakasihnya kepada BP3 atas kepeduliannya memberikan imbalan jasa kepada penemu kapal. Penghargagan tersebut diharapkan memberikan kesadaran warga untuk melestarikan cagar budaya. Pemkab Rembang sendiri mempunyai komitmen untuk melestarikan benda-benda purbakala.

Seperti yang diketahui, pada tanggal 28 Juli 2008 lalu beberapa warga di desa Punjulharjo kecamatan Rembang ketika membuat tambak, secara tidak sengaja menemukan perahu kuno. Dari hasil identifikasi jenis kapal berasal dari abad ke 8 setara dengan pembangunan candi borobudur.

Penemuan tersebut terlengkap di Asia tenggara karena kondisi kapal masih utuh dibanding temuan di sejumlah negara lain. Bersamaan dengan perahu kuno ddalamya ditemukan pula kapak, tulang, tongkat ukir, tutup wakul dari kayu, mangkok pecahan, dan kepala patung batu.