Senin, 15 Februari 2010

Balai Konservasi Borobudur Teliti Metode Rekonstruksi Situs Kapal Punjulharjo


5 peneliti dari Balai Konservasi Borobudur selama 3 hari/ Sabtu hingga Senin. (15-17/8) melakukan penelitian lokasi temuan perahu kuno yang oleh para arkeolog dinamakan Situs Kapal Punjulharjo. Kali ini penelitian dilakukan sebagai persiapan rekonstruksi perahu kuno yang dalam waktu dekat segara dilaksanakan.
Yustinus Sunarto, salah satu tim peneliti yang memiliki bidang khusus seluk beluk tentang kayu, saat ditemui dilokasi menjelaskan, kegiatan tim antara mengambil sampel seluruh bagian kapal untuk diteliti tingkat kelapukannya. Kemudian diperiksa di laboratorium dan hasilnya dibahas bersama dengan tim arekolog.
Yustinus mengisyaratkan bahan perahu kuno sebagai kayu sakit sehingga diperlukan formula khusus untuk membuatnya kuat ketika nanti diangkat guna keperluan konservasi. ”Ibaratnya kayu perahu ini adalah barang sakit. Sehingga perlu diteliti tingkat kelapuk-annya, dicarikan formula agar mem-buatnya kuat, agar tidak pecah ketika nanti diangkat untuk penelitian lebih lanjut,” terangnya.
Sementara itu memberikan keterangan terpisah, peneliti Iskandar yang sehari-hari bertugas sebagai Kepala Seksi Pelayanan Teknis Balai Konservasi Borobudur menjelaskan, untuk konservasi Situs Kapal Punjulharjo diperlukan instrumen pendukung lain hasil analisis klimatologi. Antara lain arah angin, tingkat kadar garam air, daya serap tanah dan semua hal yang berkaitan lingkungan situs Situs Kapal Punjulharjo. “Semua menjadi catatan penting, karena langkah rekonstruksi selain mengutamakan kondisi perahu juga bergantung pada lingkungan sekitar situs,”ungkapnya.
Sementara Heni Kusumawati selaku ketua tim peneliti saat ditemui menegaskan, upaya rekonstruiksi perahu nantinya melibatkan berbagai ahli disiplin ilmu. Semua membuat analisis untuk dipadukan. Kemudian dirumuskan bersama guna menentukan metode pengangkatan perahu di Situs Kapal Punjulharjo. “Dua opsi yang mungkin dilakukan ke-depan terkait temuan perahu yakni kapal diangkat kemudian dilakukan rekonstruksi menggunakan kayu tambahan sejenis atau diangkat dibiarkan dalam kondisi semula, kemudian dibuat replikanya,” papar Heni.

Tidak ada komentar: